Janganlah Membawa Apa-Apa ..dan Kebaskanlah Debu di Kaki (Refleksi HUT ke – 34)

- Penulis

Minggu, 14 Juli 2024 - 15:39 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hari ini; Minggu tanggal 14, bulan Juli, tahun 2024, Saya merayakan Hari kelahiran ke-34. Kata banyak orang; usia makin tambah. Namun dari sudut pandang Kitab Suci ; 80 jika kuat, sebetulnya usia makin berkurang…he he he….

Bagi Saya, menarik…..karena HUT kali ini bertepatan dengan Hari Minggu, yang selalu dirayakan sebagai Hari Kemenangan dan Hari Syukur. Poinnya relevansinya ialah setiap kali ulang tahun dirayakan, tampak maknanya bahwa Allah ditegaskan sebagai Sumber Kehidupan dan bahwa setiap ciptaanNya terus disertaiNya dalam tugas dan karya.

Saya memimpin Perayaan Ekaristi pada dua Tempat. Satunya di Kapela Taisnenis dan duanya di Kapela Stasi Unina. Puji Tuhan ….karena Rahmat Kehidupan yang luar biasa dan dirayakan bersahutan dengan pekikkan doa dan lantunan nada sukacita dari Umat seraya jabat tangan dan Cipika-Cipiki pasca Perayaan Ekaristi berlangsung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Paling menarik ialah pada HUT kali ini, warta Injil berbicara tentang perutusan Murid-Murid oleh Yesus.

Beberapa sub direfleksikan dibawah ini sebagai inspirasi dan pedoman rohani bagi tugas dan karya pelayanan sebagai Imam Tuhan.

Perutusan ke-12 Rasul

Dikatakan bahwa Yesus mengutus 12 Rasul. Angka 12 sebetulnya menunjuk juga pada 12 Suku Israel. Sebutan angka 12 pada teks menunjuk pada realitas integral, di mana Semua dipanggikan dan diutus untuk mewartakan misi Allah. Ke-12 Murid yang identik dengan 12 Suku Israel merupakan tanda bahwa semuanya dipanggil dan diutus tanpa pilih kasih. Hingga saat ini, Kita (Gereja) disebut sebagai Israel yang Baru. Itu berarti berkat pewartaan ke-12 Rasul, berdampak secara misioner pada kuantitas pengikut hingga saat ini.

Maka, apa yang dilakukan oleh Yesus, jelas menunjukkan karakter motivasi perutusan. Bahwa karya misioner perlu dilakukan secara utuh tanpa harus mengabaikan yang lain. Karya pewartaan misi akan mengalami resiko gagal apabila yang lain diabaikan.

Mereka Diutus Berdua-Dua

Kenyataan para Rasul diutus berdua-dua, menampakan karakter Yesus mengutus bahwa misi Allah tidak dapat dan tidak boleh dilakukan secara sendiri-sendiri atau single fighter. Misi perutusan bukanlah ajang untuk seseorang dapat menunjukkan kekuatannya di hadapan Allah. Melainkan melalui misi itu, Allah harus dinyatakan sebagai sumber kekuatan….yang hanya dapat terlaksana dengan baik, apabila bersama dan bersama-sama. Inilah spirit sinodalitas, yang berurat akar pada penghayatan filosofi ; Diam Bersama dengan Rukun.

Kenyataan diutus berdua-dua, menunjuk pada ciri iman kristiani bahwa beriman selalu mengandaikan persekutuan. Secara personal, iman merupakan tanggung jawab perpribadi, tetapi karena Allah datang untuk menjumpai pribadi-pribadi, maka hanya dapat tepat, apabila iman yang berbuah pada karya misioner, sepadan pula dengan semangat berdua-dua (semangat persekutuan).

Diutus berdua-dua juga menampakkan semangat hidup komunitas. Komunitas merupakan ajang di mana partisipasi menjadi tuntutan, bukan karena dipaksan atau paksaan, melainkan karena tergerak oleh belas kasih. Bahwasannya, hidup komunitas sebagai dasar dan kekuatan untuk melakukan karya misioner, hanya betul-betul menunjukkan aspek misioner apabila didasari, dilingkari dan diinspirasi oleh kasih.

Mereka Diberi Kuasa atas Roh-Roh Jahat

Dikatakan bahwa dalam perutusan itu, para Murid tidak kosong. Kepada para Murid, Yesus bekali dengan kekuatan rohani yakni kuasa atas roh-roh jahat. Kuasa atas roh-roh jahat itu disimbolan dengan tongkat.

Kalau kita ikuti kisah Musa dalam Perjanjian Lama, kita akan tahu bahwa dari pemanfaatan tongkat oleh Musa, menunjukkan kuasa perlindungan dan keselamatan yang datang dari Allah.

Dari Tindakan Musa memukul batu dengan tongkat; keluarlah air minum yang dirindukan ditengah kegelisahan bilogis Umat Israel ketika di Padang Gurun, dalam peristiwa eksodus dari Mesir ke Tanah Terjanji. Dari Tindakan Musa memukul Laut Merah dengan Tongkat, terbelalah air laut, yang menunjukan dua kenyataan istimewa, yakni Allah adalah Raja Semesta Alam dan Bangsa Israel adalah Bangsa yang melewati tantangan; mengalami keselamatan karena Kuasa Allah.

Pesan supaya Jangan Membawa Apa-Apa dalam Perjalanan

Pesan supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan (Roti……simbol material ataupun barang-barang pribadi lainnya) mengajak kita untuk merefleksikan tentang pentingnya prioritas misioner. Bahwasannya, karya misioner hanya dapat berjalan apabila orang yang melakukannya, hatinya tertambat pada Allah dan hanya kepada Allah. Apabila, bukan hanya kepada Allah, besar kemungkinan, Allah dan segala PeranNya dapat digeser ataupun tergeser oleh prioritas yang tidak fundamen.

Ilustrasi dalam buku RUAH sesuai dengan bacaan Injil hari, menarik pula untuk direfleksikan. Diceritakan bahwa seorang anak memarahi ibunya karena prioritas perhatiannya, bukan pada anak melainkan pada handphone (barang material). Ilustrasi ini membeberkan makna; betapa barang-barang pribadi seringkali menjebak dan mengalihkan prioritas kepada hal-hal sampingan dan tidak kepada yang utama.

Kalau Diterima; Tinggallah
Kalau Tidak Diterima; Kebaskanlah Debu Kaki

Yesus memberikan gambaran tantangan sebagai antisipasi apabila para Murid menghadapi fakta ditolak. Dikatakan bahwa kalau diterima; maka tinggallah. Apabila ditolak, maka kebaskanlah debu kaki sebagai peringatan kepada mereka.

Pernyataan kebaskan debu kaki mengajak kita untuk bijak dan cerdas dalam menghadapi situasi dan persoalan. Bahwasannya, apabila mendapat kenyataan pahit dalam tugas pelayanan, janganlah menyimpan dendam hingga matahari terbenam. Kebaskanlah debu kaki di tempat itu, tinggalkanlah fakta pahit itu, sehingga tidak menjadi duri dan onak dalam perjalanan selanjutnya; demi misi Kerajaan Allah.

Misi Kerajaan Allah, apabila dilakukan dalam keadaan beban psikologis yang terlalu banyak, akan lebih cenderung memberatkan, dan terkadang menciptakan rasa putus asa, sebelum memulai.

Terima kasih…Tuhan memberkati

Tulisan ini dipersembahkan sebagai hasil refleksi pada saat ulang tahun ke-34 (14 Juli 1990 – 14 Juli 2024)

RD. Yudel Neno

Facebook Comments Box

Penulis : RD. Yudel Neno

Editor : YFN

Sumber Berita : Yudel Neno

Berita Terkait

Tips-Tips Jitu Menghadapi Sosok yang Bertipe Manipulatif
Memahami Negosiasi dan Konfrontasi dalam Interaksi Sosial
RSUD Kefamenanu dan Pentingnya Nilai Rasa Kemanusiaan dalam Melayani
Praktek Politik dan Memudarnya Nilai Rasa Kemanusiaan
Semarak Bulan Bahasa Nasional Tahun 2024 dan Partisipasi Siswa-Siswi SMAN Pantura
Menenun Mutiara di Balik Kegiatan OGF Unio Regio Nusra
OMK Antara Cinta dan Moral
Berita ini 8 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 2 Desember 2024 - 10:16 WITA

Tips-Tips Jitu Menghadapi Sosok yang Bertipe Manipulatif

Senin, 2 Desember 2024 - 00:39 WITA

Memahami Negosiasi dan Konfrontasi dalam Interaksi Sosial

Senin, 18 November 2024 - 01:54 WITA

RSUD Kefamenanu dan Pentingnya Nilai Rasa Kemanusiaan dalam Melayani

Senin, 28 Oktober 2024 - 12:30 WITA

Praktek Politik dan Memudarnya Nilai Rasa Kemanusiaan

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 04:06 WITA

Semarak Bulan Bahasa Nasional Tahun 2024 dan Partisipasi Siswa-Siswi SMAN Pantura

Berita Terbaru

Filsafat

Kecemburuan Kekuasaan: Antara Tragedi dan Komedi

Sabtu, 1 Feb 2025 - 10:45 WITA

Kitab Suci

Berhenti pada Hari Ketujuh: Spiritualitas Ekologis Ciptaan

Selasa, 14 Jan 2025 - 13:45 WITA

Opini

Kegilaan Digital dan Kontrol Algoritmik

Sabtu, 11 Jan 2025 - 09:27 WITA