Dialog dengan Umat Dekenat Mena: Uskup Atambua Bicara tentang Membangun Gereja yang Bermartabat dan Berdaya

- Penulis

Selasa, 10 Desember 2024 - 14:58 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mena, LopoNTT.com – 10 Desember 2024 – Dialog Pastoral dengan Umat Dekenat Mena, Uskup Atambua; Mgr. Dominikus Saku, Pr ajak seluruh Umat; Peserta Rekoleksi Kategorial Adventus untuk membangun Gereja yang bermartabat dan berdaya dalam pendidikan, liturgi, dan kehidupan sosial.

Dengan sangat jelas, di hadapan sejumlah Pastor, Frater, Suster, Agen Pastoral, Tokoh Adat, Tokoh Pemerintah, Tokoh Pendidikan dan Kaum Muda, Uskup Atambua angkat bicara tentang berbagai tantangan dalam pelayanan Gereja, khususnya dalam bidang pendidikan, pengelolaan keuangan, liturgi, dan kehidupan sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Terhdap problem pendidikan dan literasi, salah satu Peserta rekoleksi atas nama Bapak Damian, Ketua DPP 1 Paroki Wini, menyoroti fenomena rendahnya kemampuan literasi siswa dan mahasiswa yang disebabkan oleh penggunaan HP yang tidak terkendali. Ia mengusulkan agar Keuskupan mengeluarkan Surat Gembala tentang penggunaan HP secara efektif dalam dunia pendidikan. Menurutnya, kemajuan digital, membawa tantangan serius bagi karakter intelektual generasi muda.

Merespons pernyataan Bapak Damian, Bapak Uskup menawarkan pendekatan pendidikan yang disebut Calistungkiraaja, yang mencakup membaca, menulis, berhitung, berpikir, berbicara, berdoa, dan bekerja. Ia menegaskan bahwa kemampuan menulis harus dilatih sebagai pekerjaan tangan yang melibatkan pikiran dan keterampilan. Gereja diminta memperhatikan bahwa pendidikan yang tidak menghasilkan generasi yang terlatih akan mencederai martabat manusia sebagai makhluk rasional.

Sementara Pak Theo Tulasi, Anggota DPP Paroki Mena, kepada Bapak Uskup, Dirinya mengungkapkan pernyataan yang menyoroti kebiasaan umat yang terpola dengan praktek miras, pesta pora dan bahkan dansa qijomba, yang menurutnya merupakan manifestasi dari tidak adanya penghayatan nilai sakramental dalam hidup umat. Hal ini berkaitan erat dengan kesucian Sakramen dan Liturgi yang tidak hanya berlangsung dalam Gereja tetapi juga harus terejawantah dalam kehidupan nyata umat Katolik.

Terhadap pernyataan Pak Theo, Uskup Dominikus  menegaskan bahwa kesucian sakramen adalah panggilan menuju kekudusan. Segala bentuk kegiatan yang bertentangan dengan nilai iman harus dihindari. Bapak Uskup juga mengingatkan agar Pastor Paroki mengatur pengumuman yang hanya terkait dengan urusan Gereja untuk menghindari kebingungan umat. Apabila tidak ada kesadaran kritis dalam tubuh hirarkis, maka akan berdampak pula pada partisipasi umat dalam reksa pastoral. Menurut Bapak Uskup, Dansa Qijomba dipandang sebagai kesenangan yang tidak teratur (kesenangan yang sembrono) dan merusak tatanan iman.

Dialog makin menarik ketika Bapak Vitalis Seran asal Paroki Wini, mengajukan pertanyaan; menyentil tentang pentingnya Moralitas, Hak, dan Kewajiban dalam karya pastoral. Bapak Vitalis Seran dari Wini mengangkat isu moralitas dalam kehidupan umat. Ia mengusulkan agar dikeluarkan Surat Himbauan resmi yang melarang Dansa Qijomba demi menjaga tatanan iman dan moral di paroki. Menjawabi apa yang diungkapan Bapak Vitalis, Bapak Uskup Atambua membeberkan analisinya bahwa apa terjadi di tengah umat, sebetulnya merupakan cerminan kedangkalan berpikis kritis. Menurut Bapak Uskup, ada tiga hal penting dalam pendidikan moral yang perlu diajarkan di sekolah dan keluarga yakni HAM (Hak Asasi Manusia), yang berkaitan dengan kesadaran akan hak setiap individu, TAM (Tanggung Jawab Asasi Manusia), yang berkaitan dengan kewajiban untuk memenuhi tanggung jawab sebagai umat beriman serta KAM (Kewajiban Asasi Manusia) yang berkaitan dengan komitmen dalam menjalankan tugas dan peran sosial.

Bapak Vitalis juga mengungkapkan keprihatinannya atas meningkatnya kasus anulasi pernikahan akibat migrasi perantau yang memicu perselingkuhan. Ia menilai perlu adanya pendampingan pastoral yang intensif bagi keluarga-keluarga muda untuk mengurangi kasus-kasus serupa. Sementara itu, problem lain yang diangkat Bapak Vitalis ialah tentang berkurangnya calon imam beberapa tahun terakhir. Menurut Bapak Vitalis, dari 7.000 siswa yang masuk Seminari sejak berdiri, sampai dengan saat ini hanya 600-an orang yang berhasil ditahbiskan. Sebagian besar dikeluarkan karena melanggar aturan. Terhadap problem seperti ini, diperlukan suatu kajian mendalam untuk menemukan apa sebabnya dan bagaimana solusinya.

Dialog Pastoral yang berlangsung antara Uskup Atambua dengan Peserta Rekoleksi Kategorial Adventus Dekenat Mena, memperlihatkan komitmen bersama untuk membangun Gereja yang hidup dalam nilai iman, moral, dan pelayanan pastoral. Sinodalitas dalam pengambilan keputusan akan terus dikedepankan demi menciptakan kehidupan yang lebih bermartabat dan berlandaskan nilai-nilai Kristiani yang sejati.

Dialog ini dimoderasi oleh Rm. Yudel Neno, Pr (Pastor Pembantu Paroki Santa Filomena Mena).

 

Laporan : Tim Komsos Dekenat Mena

Laporan : Yudel Neno, Pr

Facebook Comments Box

Penulis : Rm. Yudel Neno, Pr

Editor : Tim

Sumber Berita : Observasi Rekoleksi

Berita Terkait

Buka Hari Raya Pelindung Dekenat ; Lomba dan Tanding Didedikasikan untuk OMK
Berita ini 34 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 10 Desember 2024 - 14:58 WITA

Dialog dengan Umat Dekenat Mena: Uskup Atambua Bicara tentang Membangun Gereja yang Bermartabat dan Berdaya

Senin, 6 Mei 2024 - 20:42 WITA

Buka Hari Raya Pelindung Dekenat ; Lomba dan Tanding Didedikasikan untuk OMK

Berita Terbaru

Kitab Suci

Berhenti pada Hari Ketujuh: Spiritualitas Ekologis Ciptaan

Selasa, 14 Jan 2025 - 13:45 WITA

Opini

Kegilaan Digital dan Kontrol Algoritmik

Sabtu, 11 Jan 2025 - 09:27 WITA