LopoNTT.com – Elemen “Thymos” Dalam Hidup Manusia – #filsafat_untuk_semua – oleh Rm. Patris Sixtus Bere, Projo
Thymos adalah elemen penting dalam filsafat Yunani yang diterjemahkan sebagai keberanian. Plato menganggap hal ini sebagai salah satu bagian dari jiwa manusia, seperti yang dijelaskan dalam traktat politiknya Politeia. Jiwa manusia memiliki tiga elemen utama yang menyusun hirarki anggota masyarakat sebagai bagian dari negara ideal Plato.
Bagian-bagian jiwa itu adalah:
– Logos (akal) adalah bagian jiwa yang mengejar kebijaksanaan.
– Thymos adalah elemen jiwa yang berhubungan dengan emosional atau keberanian. Bagian ini bertanggung jawab mengejar kehormatan dan pengakuan.
– Epithymia adalah nama lain untuk hasrat. Bagian ini mengurus kepuasan materi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagian kedua dari jiwa “Thymos” mewakili energi emosional dan dorongan jiwa untuk melawan ketidakadilan, menjaga kebanggaan, dan bertindak dengan keberanian. Ini sangat berhubungan dengan “keberanian” (Yunani : Andreia) karena “thymos” memberikan motivasi bagi setiap individu yang menonjol pada bagian jiwa ini, untuk bertindak dengan keberanian demi kebaikan bersama.
Plato mengakui bahwa keberanian adalah kebajikan dari kelas penjaga (guardian), yang muncul dari “thymos” yang tunduk pada akal sehat (Logos). Menurut Plato, keberanian harus diarahkan secara positif oleh akal budi sehingga tidak menjadi kekuatan negatif atau agresi yang merusak jiwa dan tindakan manusia.
Dalam Buku VIII Politeia, Plato mengutarakan 5 sistem Pemerintahan yang bermula dari Arisrokrasi yang terus menerus tergerus sampai kepada bentuknya yang paling buruk yakni tirani. Secara khusus, dia memperingatkan bahwa dalam sistem Timokrasi, “thymos” yang tidak terkontrol dapat menyebabkan ambisi yang berlebihan dan kehilangan kebijaksanaan. Timokrasi menjadi sistem yang terlalu berfokus pada kehormatan dan keberanian militer, tetapi akhirnya mengabaikan keadilan dan akal.
Thymos dalam Filosofi Aristoteles
Dalam “Etika Nikomakea” Aristoteles menggambarkan “thymos” sebagai kekuatan emosional yang sangat erat terkait dengan keberanian (Andreia). Menurut dia, keberanian adalah kebajikan atau jalan tengah (mesotes) yang terletak di antara dua ekstrem yakni ekstrim kiri Pengecut, yaitu ketika “thymos” terlalu lemah atau tidak ada sama sekali, dan ekstrim kanan ceroboh, yaitu ketika “thymos” terlalu kuat dan tidak terkendali. “Thymos” yang terkendali memungkinkan seseorang bertindak dengan keberanian dalam menghadapi bahaya, tetapi tetap mempertahankan akal dan prinsip moral.
Baik Plato maupun Aristoteles sama-sama menekankan bahwa “thymos” harus dikendalikan oleh akal agar menjadi kebajikan yang bermanfaat. Sementara Plato lebih fokus pada aplikasi sosial dan politik praktis dalam tatanan negara idealnya, Aristoteles mengeksplorasi bagaimana hal ini berfungsi dalam kehidupan individu untuk mencapai kebajikan dan tujuan-tujuan hidup yang lebih besar.
Penulis : Rm. Patris Sixtus Bere, Projo
Editor : Rm. Yudel Neno, Pr
Sumber Berita : Romo Sixtus Bere, Pr