LopoNTT.com – oleh Isidorus Lilijawa – Kader Partai Gerindra
Hari ini dan esok, Presiden Republik Indonesia ke-8, Bapak Prabowo Subianto, melangkah di tanah Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk kunjungan kerja perdananya sebagai pemimpin bangsa. Bukan sekadar kunjungan kerja biasa, ini adalah perjalanan penuh makna, mengingat sejarah kedekatannya dengan NTT—tanah kelahiran salah satu mentor politik yang menjadi inspirasi Prabowo hingga kini, mendiang Brigjen TNI (Purn.) dr. Aloysius Benedictus Mboi atau yang akrab disapa Ben Mboi.
Dalam politik, tidak ada yang berdiri sendiri. Setiap pemimpin besar pasti memiliki mentor yang mengarahkan langkah, membimbing, dan membentuk visi mereka. Prabowo Subianto, yang kini menjadi salah satu pemimpin paling berpengaruh di Indonesia, mengakui betapa pentingnya peran seorang mentor dalam perjalanan politiknya. Salah satu mentor tersebut adalah Sosok Ben Mboi, Gubernur NTT periode 1978–1988, yang tidak hanya seorang tokoh politik, tetapi juga seorang prajurit dan dokter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ben Mboi dan Pesan Abadi: Cinta dan Akal Sehat
Salah satu pesan Ben Mboi kepada Prabowo adalah: “Love your people, use your common sense”—“Cintai rakyatmu dan gunakan akal sehatmu.” Pesan ini, meskipun sederhana, menyimpan filosofi mendalam yang kini menjadi panduan moral Prabowo sebagai Pemimpin Bangsa.
Mencintai rakyat adalah kewajiban utama seorang pemimpin, namun cinta tersebut harus berjalan seiring dengan akal sehat. Artinya, pemimpin tidak boleh bertindak di luar koridor hukum atau melanggar regulasi dengan alasan cinta pada rakyat. Kepemimpinan yang berlandaskan cinta tanpa akal sehat hanya akan menghasilkan kebijakan yang merugikan dalam jangka panjang. Pesan Ben Mboi mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus tegas namun bijaksana, berempati namun tetap rasional.
Mengabadikan Warisan Sang Mentor
Prabowo menghormati mentor politiknya ini dengan cara yang tak biasa. Ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI, Ia menginisiasi berdirinya Politeknik Universitas Pertahanan (Unhan) di Atambua, Kabupaten Belu, dan memberi nama institusi itu Politeknik Unhan Ben Mboi. Penamaan ini adalah bentuk penghormatan kepada sosok yang telah memberikan pengaruh besar pada perjalanan politik dan kepemimpinan Prabowo.
Ketika Presiden Joko Widodo meresmikan politeknik ini pada 24 Maret 2022, Istri Mendiang Ben Mboi, Ibu Nafsiah Mboi, hadir untuk menerima penghormatan langsung dari pemerintah. Momentum ini menegaskan bahwa warisan seorang mentor politik tidak hanya hidup melalui kata-kata tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata.
Jiwa Pejuang: Dari Kader Hingga Pendekar Politik
Prabowo tak hanya menyerap pelajaran dari sang mentor, tetapi juga mewariskannya kepada seluruh kader Partai Gerindra. Bagi Prabowo, seorang politisi tidak cukup hanya pandai berbicara atau bersikap populis. Mereka harus menjadi pejuang politik bahkan hingga menjadi pendekar politik.
Sebagai pendekar politik, jatuh adalah hal biasa. Kalah dalam pertarungan politik adalah bagian dari perjalanan. Namun, yang membedakan seorang pendekar adalah semangat untuk bangkit, berjuang, dan menang dengan cara-cara ksatria. “Saya jatuh berkali-kali, kalian mengangkat saya. Saya jatuh lagi, kalian mengangkat saya lagi,” ucap Prabowo kepada ribuan kader Gerindra dalam Rapimnas 2024 di Hambalang. Kata-kata ini menggambarkan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang kekuatan kolektif, bukan perjalanan individu.
Cinta Rakyat, Akal Sehat, dan Kesetiaan pada Perjuangan
Pesan Ben Mboi untuk mencintai rakyat dengan akal sehat telah menjadi landasan moral bagi Prabowo dalam menjalani masa jabatannya sebagai Presiden RI. Ini juga menjadi pelajaran bagi setiap calon pemimpin, kepala daerah, atau legislator yang ingin melayani rakyat dengan integritas.
Prabowo telah menunjukkan bahwa jatuh bukanlah akhir, melainkan awal untuk bangkit lebih kuat. Dengan cinta, akal sehat, dan jiwa pejuang, Ia membawa Gerindra menjadi partai besar yang akrab di hati rakyat Indonesia. Warisan ini bukan hanya milik Prabowo, tetapi milik seluruh bangsa yang percaya pada nilai-nilai kepemimpinan sejati.
Salam Indonesia Raya!
Penulis : Isodorus Lilijawa
Editor : Yudel Neno