Alfred North Whitehead adalah Seorang Filsuf dan Matematikawan Inggris yang terkenal. Ia mengembangkan pandangan yang sangat unik dan kompleks tentang Tuhan dalam konteks filsafat prosesnya. Filsafat proses Whitehead berfokus pada gagasan bahwa realitas bukanlah kumpulan entitas tetap, melainkan proses yang terus-menerus berkembang. Menurutnya yang mendasari realitas ialah entitas. Entitas adalah komponen dasar dari realitas. Entitas, disebut juga oleh Whitehead dengan istilah actual occasions, yang jika di Indonesia kan berarti kesempatan aktual. Kesempatan aktual dipahami Whitehead sebagai satu momen tunggal yang dinamis, di mana di dalam momen ini, terkandung tiga dimensi waktu sekaligus, yakni kemarin, hari ini dan esok.
Pandangan Whitehead juga mencakup pemikiran yang mendalam tentang Tuhan.
Berikut adalah beberapa poin utama pemikiran Whitehead tentang Tuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tuhan, Hakikat Tuhan dan Alam Semesta
Yang pertama : Tuhan sebagai Dualitas: “Primordial” dan “Konsekuensial” (Dua Aspek atau Hakikat Tuhan)
Dalam filsafat proses Whitehead, Tuhan memiliki dua aspek yakni Aspek Primordial dan Aspek Konsekuensial.
Aspek Primordial merujuk pada transendensi Tuhan, yaitu Tuhan sebagai Penyebab Awal dan Sumber Kemungkinan-Kemungkinan Abadi (eternal objects). Aspek Primordial Tuhan merupakan prinsip keteraturan dan sumber dari semua potensi yang mungkin. Aspek ini tidak berubah dan bertindak sebagai fondasi bagi alam semesta; memungkinkan terciptanya kerangka kerja untuk keberadaan dan perkembangan proses-proses di alam semesta.
Menurut Alfred North Whitehead, entitas adalah komponen dasar dari realitas. Dalam filsafat prosesnya, Whitehead berpendapat bahwa realitas bukanlah kumpulan objek statis, tetapi terdiri dari proses dan peristiwa yang saling berhubungan. Entitas, yang disebutnya sebagai “aktualitas aktual” (actual entities atau actual occasions), adalah peristiwa-peristiwa dasar yang membentuk dunia. Setiap entitas ini bersifat dinamis dan unik, berkontribusi pada perkembangan dan perubahan yang terus menerus dalam alam semesta.
Entitas aktual bukanlah materi yang solid, tetapi lebih mirip dengan peristiwa atau pengalaman yang berkembang. Mereka berinteraksi satu sama lain, dan melalui hubungan ini, mereka membentuk jaringan kompleks yang menghasilkan realitas yang kita alami. Setiap entitas aktual juga merupakan bagian dari proses kreatif yang melibatkan masa lalu, saat ini, dan potensi masa depan.
Dengan demikian, bagi Whitehead, entitas adalah unit dasar dari realitas yang lebih dipahami sebagai proses daripada objek tetap.
Sedangkan Aspek Konsekuensial dari Tuhan dimengerti dalam hubungan-Nya dengan dunia. Aspek ini menggambarkan Tuhan yang terlibat secara langsung dalam perkembangan dunia. Aspek konsekuensial ini merespons apa yang terjadi di alam semesta dan terus menerus menerima dunia ke dalam Diri-Nya; belajar dari dan dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam proses alam semesta. Tuhan dalam aspek ini adalah Tuhan yang merasakan dan berempati dengan dunia.
Pemikiran Alfred North Whitehead mengenai Salib Kristus yang menekankan senasib-sepenanggungan berakar dari teologi proses yang ia kembangkan. Dalam teologi ini, Whitehead melihat Allah tidak sebagai sosok yang sepenuhnya berkuasa dan tidak terpengaruh oleh dunia, tetapi sebagai entitas yang turut terlibat dan berinteraksi dengan ciptaan-Nya. Dalam konteks Salib Kristus, Whitehead memandang bahwa Allah turut merasakan penderitaan manusia. Senasib-sepenanggungan dalam pandangan Whitehead berarti bahwa Allah ikut menderita bersama manusia. Ketika manusia menderita, Allah juga menderita. Pandangan ini menekankan sifat kasih Allah yang dinamis dan terlibat dalam kehidupan dunia, bukan sebagai kekuatan yang terpisah dan tidak tersentuh oleh penderitaan dunia.
Dengan demikian, bagi Whitehead, Tuhan tidak hanya merupakan prinsip transenden yang tetap, tetapi juga merupakan prinsip imanensial yang bercorak dinamis; yang berkembang bersama alam semesta.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality
Yang kedua ; Tuhan dan Proses Kreatif
Whitehead memahami Tuhan sebagai bagian integral dari proses kreatif yang mendasari semua realitas. Dalam pandangan Whitehead, seluruh dunia ini terus-menerus dalam proses menjadi, dan Tuhan adalah Prinsip Kreatif yang memungkinkan realitas ini terus berkembang dan berubah. Menurutnya, Tuhan tidak menciptakan dunia secara sekali jadi, melainkan berproses dari saat ke saat. Dan pandangan Whitehead ini dapat dibenarkan sesuai dengan proses penciptaan dari hari ke hari, sebagaimana tercatat dalam Kitab Kejadian 1.
Whitehead menekankan bahwa setiap hal berada dalam proses menjadi, dan bahwa proses kreatif adalah inti dari segala eksistensi. Whitehead melihat proses kreatif sebagai aspek fundamental dari alam semesta. Segala sesuatu di alam semesta, baik benda hidup maupun mati, terus berkembang dan berubah. Tidak ada yang bersifat tetap. Bahkan entitas yang tampaknya stabil adalah hasil dari proses dinamis yang selalu berlanjut.
Namun, Tuhan bukanlah Agen Kreatif Tunggal. Setiap entitas dalam alam semesta memiliki kebebasan terbatas untuk berpartisipasi dalam proses kreatif. Dengan kata lain, Tuhan tidak memaksakan kehendak-Nya atas dunia, melainkan menawarkan kemungkinan dan alternatif kepada entitas-entitas di alam semesta. Mereka bebas untuk memilih di antara kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality
Yang ketiga ; Tuhan dan Kebebasan Makhluk
Menurut Whitehead, Tuhan bukanlah penguasa absolut yang menentukan segalanya. Sebaliknya, ia menekankan bahwa makhluk-makhluk di alam semesta memiliki kebebasan untuk membentuk dan menentukan nasib mereka sendiri. Tuhan tidak mengontrol tindakan makhluk secara mutlak, tetapi bertindak sebagai pemandu, menawarkan arah dan kemungkinan kepada setiap makhluk dalam proses kreatif. Walaupun begitu, Whitehead tetap menekankan konsepnya tentang panenteisme bahwa Tuhan selalu berproses bersama dunia. Whitehead juga menolak konsep deisms, yang menekankan seolah-olah Tuhan setelah mencipta, Tuhan lepas tangan. Sebaliknya, menurut Whitehead, Tuhan tetap menyertai dunia, termasuk berpartisipasi dalam penderitaan dunia.
Tuhan bagi Whitehead lebih bersifat persuasif daripada memaksa. Tuhan bekerja melalui penawaran kemungkinan-kemungkinan ideal yang memungkinkan makhluk-makhluk untuk mencapai aktualisasi diri. Ini merupakan pendekatan yang berbeda dari tradisi teologi tradisional yang menekankan kedaulatan Tuhan atas alam semesta.
Sumber: Alfred North Whitehead, Adventures of Ideas
Yang keempat ; Tuhan dan Saling Ketergantungan dengan Dunia
Whitehead percaya bahwa Tuhan dan dunia berada dalam hubungan saling ketergantungan. Dunia mempengaruhi Tuhan (aspek imanensial) sebagaimana Tuhan mempengaruhi dunia (aspek transendensi). Tuhan tidak berada di luar atau terpisah dari dunia, tetapi merupakan bagian dari proses yang saling berhubungan dengan semua entitas lain. Dalam Aspek Konsekuensial, Tuhan mengalami dunia dan menerima pengalaman dari semua entitas yang ada. Dengan demikian, Tuhan tumbuh dan berkembang bersama alam semesta.
Dalam pandangan Whitehead, Tuhan bukanlah sosok yang tidak berubah atau sepenuhnya transenden. Tuhan terlibat dalam proses alam semesta dan memberikan kemungkinan-kemungkinan kreatif, tetapi tidak secara absolut mengendalikan atau mendikte hasil akhirnya. Tuhan Whitehead adalah dinamis dan terlibat dalam perubahan yang terus menerus, sedangkan dalam ajaran Katolik, Tuhan tetap sempurna, tidak berubah, dan pencipta dari segala kemungkinan yang ada.
Dengan demikian, ajaran Katolik menempatkan Tuhan sebagai Pencipta yang Mahakuasa, Mahatahu, dan tidak berubah, sementara Whitehead lebih menekankan Tuhan sebagai bagian dari proses kreatif yang dinamis dalam realitas yang terus berkembang.
Pandangan Whitehead menegaskan perbedaannya dengan teologi tradisional, yang biasanya melihat Tuhan sebagai sepenuhnya transenden dan tidak terpengaruh oleh dunia. Dalam filsafat proses Whitehead, Tuhan adalah bagian dari dunia dan mengalami perubahan bersama dunia.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality
Yang kelima ; Tuhan sebagai Prinsip Harmoni dan Keteraturan
Whitehead memandang Tuhan sebagai Prinsip Keteraturan dalam alam semesta yang membantu menciptakan harmoni dari kekacauan. Dalam setiap momen proses, ada unsur ketidakteraturan atau kekacauan, dan Tuhan menawarkan kemungkinan yang dapat membawa keteraturan dan harmoni ke dalam proses tersebut. Tuhan memberikan “lure” atau daya tarik menuju harmoni dan kebajikan yang lebih besar, namun tidak memaksakannya.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan: “Kita menyebut Tuhan itu ‘transenden’ karena Tuhan adalah Pencipta yang melampaui seluruh ciptaan-Nya. Pada saat yang sama, karena Tuhan terus mendukung ciptaan-Nya, Tuhan juga ‘imanen’ dalam ciptaan-Nya.” (KGK 300).
Tuhan dalam pandangan Whitehead bukanlah Tuhan yang menghukum atau yang penuh dengan penghukuman moral, melainkan Tuhan yang mendukung dan memotivasi pencapaian harmoni, baik dalam hubungan antar-entitas di alam semesta maupun dalam hubungan antara makhluk individu dan proses penciptaan.
Sumber: Alfred North Whitehead, Religion in the Making
Yang keenam ; “Tuhan sebagai Realitas yang Tidak Sempurna” (dalam aspek konsekuensialnya)
Salah satu gagasan paling radikal dari Whitehead adalah bahwa Tuhan tidak sempurna dalam pengertian tradisional. Karena Tuhan ikut serta dalam proses dunia, dan dunia sendiri tidak sempurna, maka Tuhan juga mengalami ketidaklengkapan dan perubahan. Dalam filsafat proses Whitehead, tidak ada satu pun realitas yang sepenuhnya statis atau selesai. Tuhan terus berkembang seiring dengan perkembangan dunia.
Tuhan tidak mengetahui segala sesuatu sebelumnya (pandangan yang berbeda dari teologi tradisional), tetapi terus belajar dan berkembang seiring dengan pengalaman alam semesta. Tuhan menerima setiap momen baru dari ciptaan dan menggunakannya untuk menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru bagi masa depan.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality
Catatan penting bagi poin ini :
Pandangan Whitehead di atas sebetulnya merupakan konsekuensi logis kritis terhadap konsep teologi tradisional yang menempatkan Tuhan sebagai Sumber Mahatahu (Omniscient), Mahakuasa (Omnipotent), mencipta dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Menurut Whitehead, apabila dipahami demikian, Tuhan akan diperhadapkan dengan kenyataan kejahatan dan penderitaaan. Apabila, sebelum penciptaan, tidak ada apa-apa, maka bagaimana dengan kejahatan dan penderitaaan. Jika dipahami demikian, maka akan berbahaya bahwa Tuhan juga menciptakan kejahatan. Tuhan juga tahu tentang kejahatan….Tuhan berkuasa dan termasuk berkuasa ataskejahatan….. sementara hal seperti itu, tidak mungkin bagi Tuhan.
Yang ketujuh ; Tuhan dan Masalah Kejahatan
Whitehead menawarkan pandangan alternatif tentang masalah kejahatan. Dalam filsafat prosesnya, kejahatan adalah bagian tak terhindarkan dari proses penciptaan. Karena makhluk-makhluk di dunia memiliki kebebasan untuk memilih, mereka bisa memilih untuk melakukan kejahatan atau tindakan yang tidak harmonis. Tuhan tidak memaksakan kehendak-Nya untuk menghilangkan kejahatan, tetapi terus menawarkan jalan menuju kebaikan dan harmoni.
Dalam pandangan Whitehead, Tuhan adalah agen yang mencoba meminimalkan kejahatan dan memaksimalkan harmoni, tetapi tidak memiliki kekuatan mutlak untuk mencegah semua kejahatan. Ini adalah konsekuensi dari kebebasan yang diberikan kepada entitas di alam semesta, dan pada kenyataan transendental bahwa dalam keabadian Tuhan, tidak ada sama sekali kejahatan, dan karena itu, sangat tidak mungkin bagi Tuhan, untuk berkuasa terhadap sesuatu yang tidak ada dalam DiriNya. Dalam arti ini, dapat dipahami bahwa Tuhan tidak dapat bertanggung jawab atas kejahatan.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality
Kesimpulan
Pemikiran Whitehead tentang Tuhan sangat berbeda dari teologi tradisional. Ia melihat Tuhan sebagai makhluk dinamis yang berkembang bersama alam semesta, bukan sebagai entitas yang tak berubah dan sempurna. Tuhan menawarkan kemungkinan-kemungkinan kreatif kepada dunia, tetapi tidak memaksa atau mengendalikan dunia secara absolut. Tuhan dalam filsafat Whitehead terlibat dalam proses yang saling mempengaruhi dengan dunia, dan bersama-sama mereka menciptakan realitas yang selalu dalam proses menjadi.
Sumber Utama: Alfred North Whitehead, Process and Reality, Religion in the Making, Adventures of Ideas.
Tuhan dan Masalah Kejahatan
Pemikiran Alfred North Whitehead tentang Tuhan dan kejahatan, seperti banyak aspek dari filsafat prosesnya, berbeda dari pandangan tradisional teologis yang melihat Tuhan sebagai penguasa mutlak dan kejahatan sebagai hasil dari kehendak bebas manusia atau dosa asal. Dalam filsafat proses Whitehead, masalah kejahatan dilihat dalam konteks hubungan dinamis antara Tuhan dan dunia, serta sifat dasar realitas yang selalu dalam proses.
Berikut adalah beberapa poin utama terkait pemikiran Whitehead tentang Tuhan dan kejahatan:
Yang pertama ; Tuhan Bukanlah Penguasa Absolut
Whitehead menolak konsep Tuhan sebagai penguasa absolut yang memiliki kontrol penuh atas segala sesuatu. Menurutnya, apabila dipahami demikian maka berkonsekuensi akan termasuk kejahatan. Dalam pandangannya, Tuhan “bukanlah” entitas yang memerintah dunia secara mutlak, melainkan lebih bersifat persuasif. Tuhan bekerja dengan menawarkan kemungkinan ideal kepada setiap entitas di alam semesta, tetapi Tuhan tidak memaksakan kehendak-Nya.
Kejahatan, dalam pandangan ini, tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh Tuhan karena Tuhan tidak beroperasi sebagai agen yang memaksa. Sebaliknya, setiap entitas dalam alam semesta memiliki kebebasan terbatas untuk memilih di antara berbagai kemungkinan, dan pilihan-pilihan ini dapat menghasilkan kejahatan atau keharmonisan.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality
Yang kedua ; Kejahatan sebagai Hasil dari Kebebasan Kreatif
Menurut Whitehead, kejahatan adalah hasil dari kebebasan kreatif yang inheren dalam setiap entitas di alam semesta. Karena entitas-entitas tersebut memiliki otonomi dalam menentukan jalannya sendiri, mereka bisa memilih untuk mengambil tindakan yang tidak harmonis atau destruktif. Dalam filsafat prosesnya, setiap entitas memiliki peran dalam proses kreatif dunia, dan kebebasan tersebut memungkinkan potensi bagi baik kebaikan maupun kejahatan.
Kejahatan, bagi Whitehead, bukanlah hasil dari kesalahan perencanaan Tuhan atau kejatuhan manusia, melainkan konsekuensi dari kebebasan dan potensi ketidakteraturan dalam proses kreatif itu sendiri. Dengan memberikan kebebasan ini, Tuhan juga memungkinkan dunia untuk terus berkembang dan berubah, meskipun hal itu menciptakan risiko terjadinya kejahatan.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality, Religion in the Making
Yang ketiga ; Tuhan Mengalami dan Merespons Kejahatan
Whitehead berpendapat bahwa Tuhan tidak hanya transenden, tetapi juga imanen dalam dunia. Tuhan merespons segala sesuatu yang terjadi dalam alam semesta, termasuk kejahatan. Dalam aspek Tuhan yang konsekuensial, Tuhan mengalami dunia, termasuk penderitaan dan kejahatan yang terjadi di dalamnya. Tuhan tidak mengabaikan kejahatan, tetapi berempati dengan penderitaan makhluk-makhluk di alam semesta.
Namun, Tuhan tidak dapat mencegah semua kejahatan, karena keterbatasan kebebasan yang diberikan kepada entitas di dunia. Tuhan terus berupaya membawa harmoni dan menawarkan kemungkinan yang lebih baik bagi makhluk-makhluk di dunia, tetapi kejahatan adalah bagian dari proses yang tidak dapat dihindari karena kebebasan yang ada dalam alam semesta.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality, Adventures of Ideas
Yang keempat ; Tuhan sebagai Prinsip Kreatif yang Menawarkan Harmoni
Menurut Whitehead, salah satu cara Tuhan menangani kejahatan ialah melalui tawaran-Nya atas lure (daya tarik) ke arah harmoni dan kebaikan yang lebih tinggi. Tuhan adalah prinsip kreatif yang menawarkan kemungkinan bagi dunia untuk bergerak menuju harmoni, tetapi Tuhan tidak memaksa dunia untuk memilih jalan ini.
Setiap entitas di alam semesta dihadapkan pada berbagai kemungkinan, dan Tuhan terus-menerus menawarkan yang paling ideal dan harmonis. Namun, karena kebebasan kreatif yang dimiliki oleh makhluk-makhluk di alam semesta, mereka bisa memilih jalan yang kurang harmonis, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kejahatan.
Sumber: Alfred North Whitehead, Religion in the Making
Yang kelima ; Kejahatan dan Keindahan dalam Alam Semesta
Whitehead juga memiliki gagasan bahwa kejahatan tidak bisa sepenuhnya dihilangkan dari alam semesta yang terus berkembang. Keindahan, keharmonisan, dan penciptaan yang kreatif tidak bisa ada tanpa kebebasan yang juga memungkinkan kejahatan. Oleh karena itu, kejahatan adalah bagian dari dinamika proses kreatif yang lebih besar yang berupaya mencapai keindahan yang lebih tinggi.
Dalam pengertian ini, Tuhan tidak menciptakan kejahatan, tetapi memberikan kemungkinan-kemungkinan yang memungkinkan entitas untuk memilih baik harmoni maupun ketidakharmonisan. Tuhan bekerja untuk memperbaiki dan mengurangi kejahatan dengan memandu entitas ke arah kemungkinan yang lebih baik dalam setiap proses menjadi.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality, Adventures of Ideas
Yang keenam ; Tuhan dalam Konteks Dunia yang Tidak Sempurna
Whitehead menolak pandangan bahwa Tuhan adalah makhluk yang sempurna dalam arti tidak berubah dan sepenuhnya bebas dari keterlibatan dalam proses dunia. Tuhan, dalam filsafat proses, adalah Tuhan yang terus belajar dari dan berinteraksi dengan dunia. Dunia tidak sempurna, dan Tuhan, dalam aspek konsekuensial-Nya, juga merasakan ketidaksempurnaan ini.
Dalam menghadapi kejahatan, Tuhan tidak menolak dunia atau menarik diri dari proses penciptaan. Sebaliknya, Tuhan menerima dunia apa adanya dan bekerja melalui setiap momen baru untuk menciptakan kebaikan yang lebih besar. Dengan kata lain, Tuhan tidak sempurna dalam arti klasik, karena Tuhan terlibat dalam proses dunia yang juga tidak sempurna.
Sumber: Alfred North Whitehead, Process and Reality
Kesimpulan
Dalam pemikiran Alfred North Whitehead, kejahatan adalah bagian dari kebebasan kreatif yang diberikan Tuhan kepada alam semesta. Tuhan tidak mengontrol dunia secara mutlak, tetapi menawarkan kemungkinan ideal yang bisa dipilih oleh setiap entitas. Tuhan merespons dan mengalami kejahatan di dunia, tetapi terus menawarkan harmoni dan kebaikan yang lebih besar. Kejahatan dalam pandangan Whitehead adalah konsekuensi dari kebebasan yang dimiliki oleh entitas dalam alam semesta yang terus berubah dan berkembang.
Sumber Utama: Alfred North Whitehead, Process and Reality, Religion in the Making, Adventures of Ideas.
Oleh Yudel Neno. Tulisan ini merupakan intisari dari Skripsi yang berjudul Tuhan sebagai Entitas Aktual Perspektif Alfred North Whitehead
Penulis : RD. Yudel Neno
Editor : Tim