LopoNTT.com – oleh Rm. Yudel Neno, Pr – Perjalanan hidup Rm. Herman Punda Panda hingga mencapai usia 60 tahun adalah sebuah anugerah dan kesempatan untuk merenungkan arti mendalam dari motto tahbisannya yang diambil dari Matius 10:8: “Kamu telah mendapatkan dengan cuma-cuma, berikanlah dengan cuma-cuma.” Motto ini menggarisbawahi panggilan untuk melayani dengan hati yang ikhlas, tanpa pamrih, seperti yang diharapkan dari seorang imam. Selama 19 tahun pelayanannya di Kupang sebagai Dosen Teologi pada Fakultas Filsafat Unwira dan sebagai Pembina di Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui, motto ini menjadi inspirasi yang terus hidup dalam setiap tugas pastoral dan akademisnya.
Sebagai Seorang Dosen, Rm. Herman mendedikasikan hidupnya untuk membimbing generasi muda Gereja, khususnya calon imam. Ia memberikan ilmu dan kebijaksanaan yang dimilikinya dengan penuh keikhlasan, membuktikan bahwa apa yang ia terima dari Allah ia sampaikan dengan cuma-cuma kepada para mahasiswanya. Pengajaran teologi yang ia berikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga pemberian diri dan pemenuhan panggilan untuk melayani. Dalam setiap pertemuan kelas, ia membawa refleksi yang mendalam tentang kasih dan keadilan Allah, membentuk karakter spiritual para mahasiswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kiprah Rm. Herman di dunia pendidikan teologi juga mencerminkan panggilannya untuk memberdayakan para calon pemimpin Gereja. Ia menyadari bahwa ilmu teologi tidak hanya berbicara tentang pemahaman doktrin dan dogmatis, tetapi lebih dari itu, membawa para mahasiswa kepada pengalaman iman yang hidup. Mengajar di Unwira selama hampir dua dekade menunjukkan bahwa komitmen dan dedikasi adalah kekuatan yang ia tanamkan, sejalan dengan ajaran Injil. Ia memberi contoh nyata bahwa segala pengetahuan yang ia peroleh adalah karunia yang patut dibagikan dengan cuma-cuma.
Dalam kapasitasnya sebagai Pembina di Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui, Rm. Herman menjadi pembimbing rohani bagi para calon imam. Perannya di seminari tidak hanya sebagai seorang guru, tetapi juga sebagai teladan yang menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual. Setiap pembinaan yang ia lakukan selalu berakar pada cinta kasih Kristus yang memberi tanpa mengharapkan balasan. Kehadirannya di seminari menjadi wujud nyata dari motto tahbisannya, di mana ia memberi dengan penuh ketulusan, menuntun para calon imam untuk melayani dengan sepenuh hati.
Panggilan untuk melayani dengan cuma-cuma sering kali menuntut pengorbanan, dan Rm. Herman memahaminya dengan sangat baik. Sebagai seorang imam yang melayani di berbagai bidang, ia telah menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Namun, ia menjadikan tantangan tersebut sebagai bagian dari jalan salib yang harus dilalui. Baginya, pelayanan bukan soal kemudahan, tetapi soal kesetiaan kepada Allah yang telah memberikan segalanya secara cuma-cuma.
Kehidupan Rm. Herman di Kupang selama 19 tahun adalah bukti kesetiaan dan pengabdian kepada umat serta mahasiswa yang ia layani. Kupang menjadi saksi dari cinta kasih dan pelayanan yang ia berikan tanpa henti. Ia tidak pernah menghitung untung rugi, melainkan selalu memberikan yang terbaik dari dirinya. Dalam setiap momen pelayanan, ia mengingatkan umat akan pentingnya berbagi kasih tanpa pamrih, seperti yang telah ia terima dari Allah.
Motto tahbisan Rm. Herman bukan hanya hiasan kata-kata, melainkan prinsip hidup yang menjadi landasan dalam setiap tindakannya. Ia selalu berusaha memberi yang terbaik kepada Gereja dan masyarakat, mengajarkan bahwa pemberian yang ikhlas adalah jalan menuju kebahagiaan sejati. Dalam kesederhanaannya, ia menunjukkan bagaimana kasih Allah bekerja dalam hidup seorang imam yang rendah hati.
Sebagai Dosen dan Pembina, ia juga memahami pentingnya membangun komunitas yang saling mendukung. Ia selalu mendorong mahasiswanya untuk bekerja sama dan berbagi pengetahuan. Dalam setiap diskusi akademis maupun bimbingan rohani, ia menanamkan nilai bahwa kebijaksanaan sejati adalah milik bersama yang harus dibagikan dengan cinta kasih. Prinsip berbagi ini sejalan dengan inti dari ajaran Yesus.
Setiap tantangan yang dihadapinya dijadikan kesempatan untuk semakin mendekat kepada Allah. Ia memahami bahwa pelayanan yang sejati lahir dari hati yang tulus dan terbuka. Dalam setiap pelayanan, ia terus mengingatkan diri dan orang lain akan ajaran Kristus untuk melayani tanpa mengharapkan imbalan. Dengan motto tahbisannya, Rm. Herman menjadikan setiap momen hidup sebagai persembahan kepada Tuhan yang memberi segalanya dengan cuma-cuma.
Dalam perannya di Fakultas Filsafat, ia terus memperjuangkan pendidikan yang berbasis nilai-nilai Injili. Ia meyakini bahwa ilmu pengetahuan dan iman tidak dapat dipisahkan. Dengan pengajaran yang mendalam, ia mendorong mahasiswa untuk memahami teologi sebagai refleksi hidup yang mengubah cara berpikir dan bertindak. Melalui pembelajaran ini, ia membantu membangun generasi muda yang siap melayani dengan hati yang bersih.
Rm. Herman juga menjadi teladan bagi banyak orang dalam hal kesederhanaan hidup. Ia tidak pernah mencari pujian, melainkan selalu berusaha untuk menjadi berkat bagi sesama. Pelayanan yang ia lakukan mencerminkan sikap rendah hati yang mencerminkan cinta kasih Kristus. Dalam kehidupan sehari-harinya, ia menunjukkan bahwa kasih sejati adalah memberi tanpa mengharapkan balasan.
Usia 60 tahun menjadi tonggak penting untuk merefleksikan perjalanan panjang panggilannya. Ia merenungkan setiap langkah yang telah ia ambil, setiap tantangan yang ia hadapi, dan setiap jiwa yang ia layani. Semuanya menjadi bukti bahwa Allah bekerja dalam dirinya dan melalui dirinya. Dengan motto tahbisannya, ia terus memberi dengan hati yang penuh cinta.
Dalam setiap perayaan ulang tahunnya, Rm. Herman tidak memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Ia menjadikannya sebagai momen untuk bersyukur atas rahmat Allah yang melimpah. Setiap doa dan ucapan syukur yang ia panjatkan adalah pengingat bahwa segala sesuatu adalah anugerah. Ia menyadari bahwa hidup adalah kesempatan untuk melayani, dan ia ingin melanjutkan panggilan ini dengan semangat yang tak pernah padam.
Sebagai Pembina, ia memahami bahwa membentuk karakter calon imam adalah tugas yang berat, namun penuh makna. Ia membimbing mereka dengan cinta yang tulus, menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat. Ia berharap agar setiap calon imam yang ia bimbing kelak mampu melayani umat dengan semangat yang sama: memberi dengan cuma-cuma, seperti yang telah mereka terima dari Tuhan.
Di tengah tantangan zaman yang berubah, Rm. Herman tetap setia pada panggilannya. Ia tidak tergoda oleh godaan duniawi, melainkan berpegang teguh pada panggilan untuk melayani dengan cinta yang tulus. Setiap keputusan dan tindakan yang ia ambil selalu didasarkan pada motto tahbisannya. Ia ingin menjadi terang bagi sesama, menunjukkan bahwa kasih Allah nyata dalam setiap pelayanan.
Pengalaman hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama mereka yang pernah bersentuhan dengannya. Ia menjadi teladan tentang bagaimana seorang imam seharusnya hidup dan melayani. Dengan motto tahbisannya, ia mengajarkan bahwa hidup adalah tentang memberi dengan tulus, sebagaimana Kristus telah memberi hidup-Nya bagi manusia. Di usia 60 tahun, ia terus melanjutkan panggilan ini dengan setia.
Dalam segala sesuatu, Rm. Herman mengingatkan bahwa pelayanan adalah bagian tak terpisahkan dari panggilan hidup seorang imam. Setiap langkah yang ia ambil adalah wujud dari kasih yang tak terukur. Di setiap momen pengabdian, ia terus bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan. Bagi Rm. Herman, hidup adalah persembahan yang harus dibagikan, tanpa syarat dan tanpa pamrih.
Di usia 60 tahun ini, semoga Rm. Herman terus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Semangatnya dalam melayani menjadi cermin dari kasih Allah yang tak terbatas. Ia telah menerima dengan cuma-cuma, dan ia telah memberikan dengan cuma-cuma, seperti yang telah diajarkan Kristus. Semoga ia terus diberkati dan menjadi berkat bagi semua orang yang ia layani.
Kesan dari Rm. John Seran Nahak, Pr (Pastor Paroki Santa Filomena Mena)
“Saya merasa sangat terhormat dapat merayakan ulang tahun ke-60 Rm. Herman Punda Panda di Paroki Santa Filomena. Beliau adalah Sosok yang luar biasa dalam kesetiaannya terhadap panggilan hidup imamat. Kehadirannya selalu membawa kedamaian dan semangat bagi kami semua. Rm. Herman adalah teladan kasih yang memberikan dirinya dengan cuma-cuma, seperti yang terlukis dalam motto tahbisannya. Semoga Tuhan terus melimpahkan berkat atas hidup dan pelayanannya.”
Kesan dari Rm. Dius Nahas, Pr
“Rm. Herman adalah Pribadi yang selalu memancarkan kebijaksanaan dan kerendahan hati. Dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-60 ini, saya merenungkan kembali segala kontribusi Beliau bagi Gereja dan dunia pendidikan. Dengan kesederhanaannya, ia telah memberikan begitu banyak bagi banyak orang. Hari ini, kita bersyukur atas hidup dan pelayanan beliau yang penuh kasih. Semoga Tuhan selalu menyertai langkah-langkahnya.”
Kesan dari Rm. Dens Nabu, Pr
“Merayakan ulang tahun ke-60 Rm. Herman Punda Panda adalah momen penuh syukur dan kegembiraan. Beliau adalah Guru dan Mentor yang selalu memberikan inspirasi kepada banyak orang, termasuk saya pribadi. Kebaikan hatinya dan dedikasinya terhadap pelayanan menjadi teladan bagi kami para imam. Saya berdoa agar Tuhan senantiasa memberkatinya dengan kekuatan dan kesehatan untuk terus melayani.”
Kesan dari Rm. Yudel Neno, Pr
“Rm. Herman adalah sosok yang penuh cinta kasih dan pengorbanan. Motto tahbisannya, ‘berikanlah dengan cuma-cuma,’ bukan hanya kata-kata baginya, tetapi jalan hidup yang nyata. Dalam usia 60 tahun ini, Beliau menunjukkan bahwa cinta sejati kepada Allah dan sesama terwujud dalam pelayanan yang tak kenal lelah. Semoga beliau tetap diberkati dan terus menjadi pelita bagi Gereja.”
Kesan dari Fr. Valdy Hani
“Sebagai salah satu anak bimbingan Rm. Herman, saya merasa sangat diberkati dapat menyaksikan dedikasi beliau yang luar biasa. Kehidupan beliau adalah cermin dari kasih dan kemurahan Allah. Setiap nasihat, doa, dan bimbingan beliau selalu menguatkan kami. Ulang tahun ke-60 ini menjadi momen indah untuk mengungkapkan rasa syukur kami atas kehadirannya dalam hidup kami.”
Kesan dari Fr. Alfin Bria
“Rm. Herman adalah figur kebapaan yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membimbing kami dengan hati yang penuh cinta. Dalam momen ulang tahun ke-60 ini, kami merasakan betapa besarnya kasih dan pengorbanan beliau selama bertahun-tahun. Semoga Tuhan terus memberikan kekuatan dan kebijaksanaan kepada Rm. Herman untuk terus menjadi berkat bagi Gereja dan umat-Nya.”
Oleh Rm. Yudel Neno, Pr (Romo Herman adalah Pembimbing Thesis Saya dengan Saduran Judul ; Imam dan Politik, yang kemudian diterbitkan menjadi Buku yang berjudul; Imam Berpolitik Bolehkah?)
Penulis : Yudel Neno, Pr
Editor : Tim Lopo NTT