LopoNTT.com – Refleksi Teologis – Membebaskan Hati dari Belenggu Materi: Pandangan Yesus sebagai Kritik terhadap Materialisme Karl Marx – Yudel Neno, Pr
Pendahuluan
Di tengah dunia yang semakin terobsesi pada materi, pandangan Yesus tentang harta duniawi menjadi relevan untuk merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang lebih mendalam.
Yesus menegaskan bahwa keterikatan pada materi dapat membelenggu hati manusia, menjauhkannya dari relasi dengan Allah dan sesama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebaliknya, Yesus mengajarkan bahwa harta duniawi seharusnya menjadi alat untuk melayani, bukan tujuan hidup.
Perspektif yang ditawarkan Yesus, tidak hanya menawarkan kebebasan spiritual, tetapi juga memberikan dasar etis untuk mengatasi ketidakadilan sosial yang sering kali berakar pada akumulasi kekayaan.
Pandangan yang menjadi landasan etis sebagaimana ditawarkan Yesus, kemudian menjadi dasar untuk mengkritisi berbagai ideologi, termasuk materialisme Karl Marx, yang memandang materi sebagai pusat dinamika kehidupan manusia.
Dalam pandangan Yesus tentang materi, yang paling utama ialah aspek spiritual dalam penggunaan materi. Artinya Yesus tidak mengabaikan materi. Tetapi materi akan menjadi racun, apabila kehadirannya mengabaikan dimensi spiritual.
Apa yang ditegaskan oleh Yesus, justru berbeda dengan materialisme Karl Marx. Materialisme Karl Marx memberikan analisis tajam tentang bagaimana struktur ekonomi dan hubungan produksi menentukan sejarah dan perilaku manusia.
Pendekatan Karl Marx mengurangi manusia menjadi sekadar makhluk ekonomi, mengabaikan dimensi spiritual dan moral yang lebih mendalam. Marx menolak nilai transenden agama, yang ia anggap sebagai “candu masyarakat,” sementara Yesus justru melihat spiritualitas sebagai kekuatan yang dapat membebaskan manusia dari belenggu ketidakadilan dan keserakahan.
Selain itu, dampak dari materialisme hedonis, yang sering kali menjadi turunan dari pemikiran Marx, memperlihatkan bagaimana konsumsi materi yang berlebihan menciptakan ketidakpuasan dan degradasi nilai-nilai manusiawi.
Pandangan Yesus memberikan alternatif yang lebih holistik dan transformatif terhadap materialisme. Dengan menyerukan perubahan hati manusia (metanoia) dan penggunaan materi untuk melayani kebaikan bersama, Yesus menawarkan solusi yang melampaui sekadar redistribusi kekayaan.
Perspektif yang terdapat dalam pandangan Yesus, menegaskan pentingnya memadukan nilai spiritual dengan aksi sosial untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan manusiawi.
Untuk seterusnya, tulisan ini diupayakan menggali hubungan antara pandangan Yesus dan kritik terhadap materialisme Karl Marx, menunjukkan bagaimana nilai-nilai Yesus dapat menjadi landasan yang lebih kokoh untuk membebaskan hati manusia dari belenggu materi.
Pandangan Yesus tentang Harta Duniawi
Yesus memiliki pandangan yang tegas tentang harta duniawi, yang sering Ia anggap sebagai penghalang utama dalam membangun hubungan mendalam dengan Allah. Dalam Matius 6:19-21, di sana kita pelajari karakter kritik Yesus tentang letak kedudukan antara materi dan rohani.
Pada teks Matius, tertulis demikian ;
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi, di mana ngengat dan karat merusakkannya dan di mana pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga…”
Pernyataan di atas menegaskan bahwa nilai manusia sejati tidak terletak pada akumulasi materi, tetapi pada kasih, keadilan, dan hubungan dengan Allah. Yesus melihat harta duniawi sebagai sesuatu yang fana, rentan terhadap kehancuran, dan kerap memicu keserakahan. Menurut Yesus, keserakahan sebagaimana dipahami sebagai produk materialisme, berdampak besar; menjauhkan manusia dari misi dan posisi spiritual.
Namun, pandangan Yesus tidak mengesampingkan pentingnya materi dalam kehidupan manusia. Dia mengakui bahwa materi dapat menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada yang telanjang, dan membantu orang miskin (Matius 25:31-46). Dengan demikian, harta tidak ditolak secara total, melainkan diberi nilai baru sebagai alat untuk melayani sesama dan membangun solidaritas sosial.
Kritik Yesus terhadap Materialisme Karl Marx
Materialisme Historis yang diperkenalkan oleh Karl Marx menempatkan materi sebagai pusat dinamika sejarah manusia. Marx berpendapat bahwa perjuangan kelas dan hubungan produksi adalah penggerak utama perubahan sosial. Sementara itu, Materialisme Hedonis menyatakan bahwa materi adalah alat untuk memenuhi kebutuhan individu, yang seringkali dipersepsikan sebagai kebahagiaan.
Kendati menawarkan analisis mendalam tentang ketidakadilan ekonomi, pemikiran Marx mengandung kelemahan jika dihadapkan dengan pandangan Yesus.
Yang pertama ; Reduksi Manusia ke Aspek Material
Marx terlalu menekankan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang didorong oleh kebutuhan materi. Perspektif ini mengabaikan dimensi moral, spiritual, dan transenden manusia. Sebaliknya, Yesus melihat manusia sebagai makhluk spiritual yang mampu mengatasi keterbatasan materi melalui kasih dan keadilan.
Yang kedua ; Penolakan terhadap Nilai Transenden
Dalam pandangan Marx, agama dianggap sebagai “candu masyarakat,” alat untuk melanggengkan ketidakadilan. Namun, Yesus justru menggunakan nilai spiritual sebagai alat untuk memecahkan persoalan sosial. Dengan mengajarkan penggunaan harta untuk membantu yang miskin, Yesus menunjukkan bahwa agama tidak hanya relevan, tetapi juga penting sebagai kekuatan transformasi sosial.
Yang ketiga ; Hedonisme yang Tidak Terkendali
Materialisme hedonis, meski tidak secara eksplisit diadvokasi oleh Marx, kerap menjadi hasil sampingan dari masyarakat modern yang mengejar kebahagiaan melalui konsumsi materi. Yesus mengkritik mentalitas ini dengan menyatakan bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari materi, melainkan dari hubungan yang mendalam dengan Allah dan sesama.
Yesus sebagai Alternatif atas Materialisme
Baik Yesus maupun Marx sepakat bahwa harta duniawi dapat menjadi sumber ketidakadilan sosial. Namun, pendekatan mereka sangat berbeda. Pendekatan itu dilihat berdasarkan motivasi dan dampak materialisme.
Yesus menyerukan pelepasan keterikatan pada materi sebagai cara untuk membebaskan hati manusia. Ia mengajarkan bahwa harta seharusnya digunakan untuk melayani sesama, bukan untuk kepuasan pribadi. Kenyataan seperti ini menunjukkan bahwa apabila motivasi hidup sekedar direduksi kepada materi, maka akan berdampak pada pengabaian nilai dan relasi insani, karana orang akan lebih sibuk urus materi daripada persaudaraan. Selain itu, apabila materi terlalu diagungkan, akan sangat berdampak pada pengabaian kebebasan spiritual karena keterikatan dan keterikatan pada materi.
Sementara itu, Karl Marx mengedepankan redistribusi materi sebagai solusi atas ketidakadilan, tetapi tanpa memberikan tempat bagi dimensi spiritual manusia. Artinya, apabila keadilan itu terjadi, puncak capaian itu diukur pada capaian material dan bukan capaian spiritual. Sementara capaian spiritual, justru merupakan aspek yang paling layak, apabila kita ingin berbicara tentang pembebasan manusia.
Kritik Yesus terhadap materialisme Marx terletak pada penekanannya terhadap perubahan hati manusia (metanoia) sebagai fondasi transformasi sosial. Tanpa perubahan moral dan spiritual, redistribusi materi hanya akan menghasilkan ketimpangan baru.
Kesimpulan
Pandangan Yesus tentang harta duniawi menawarkan kritik yang lebih holistik terhadap materialisme Karl Marx. Yesus menegaskan bahwa materi bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk melayani sesama dan membangun dunia yang lebih adil. Sebaliknya, materialisme Marx terlalu terfokus pada aspek ekonomi manusia, sehingga gagal memahami kedalaman kebutuhan spiritual manusia.
Dengan memadukan nilai-nilai spiritual dan etika sosial, Yesus memberikan jalan yang lebih manusiawi: membebaskan hati dari belenggu materi sambil menggunakan harta duniawi untuk menciptakan kebaikan bersama. Pandangan ini tidak hanya mengatasi persoalan ketimpangan sosial, tetapi juga membuka jalan menuju kebahagiaan sejati yang melampaui batasan materi.
oleh RD. Yudel Neno
Penulis : Yudel Neno
Editor : Tim
Sumber Berita : Bacaan dalam Injil dan Buku Karl Marx