Tulisan ini dibuat untuk mengenang Dosok Bapak Alex Moruk yang telah pergi untuk selamanya. Ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Umum Atambua; 12 Juni 2024, tepat pukul 18. 15.
Sehari sebelumnya; 11 Juni 2024, sekitar pukul 04. 00 WITA, dikabarkan dari Pihak Keluarga bahwa Bapak Aleks terjatuh di atas tempat tidur keluarga. Ia merasa pusing dan kaki gemetar. Setelah istirahat hingga Rabu sore, atas inisiatif istri dan keluarga, ia dibawa ke RSUD Atambua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di tengah perjalanan, Beliau banyak bercerita terutama komentarnya atas berbagai perubahan yang ia lihat di sepanjang perjalanan oleh karena kemajuan pembangunan.
Ketika tiba di sekitaran Kimbana, istrinya berdoa memohon bantuan doa Kakaknya yang juga sudah meninggal tetapi dimakamkan di Kimbana (Bagi orang Katolik, jiwa tetap hidup dan mereka yang sudah berjaya di Surga bisa membantu yang hidup dengan doa-doa mereka). Baru saja berdoa, Bapak Alex menarik napas sebanyak tiga kali lalu menghembuskan napas terakhirnya.
Perjalanan ke Atambua dibatalkan. Lalu mereka memutuskan untuk kembali ke Rumah Sakit Marianum Halilulik. Dokter pun memastikan bahwa Bapa Alex telah pergi untuk selamanya. “Bapak Aleks tidak lagi bersama Kita; Bapak Aleks telah pergi untuk selamanya,” kata Dokter dengan nada lembut. Sontak situasi berubah total.
Kepergian Bapak Alex meninggalkan rasa sedih dan duka yang mendalam bagi orang-orang yang mengenalnya terutama Umat Stasi Ninma dan Lingkungan Babira. Kebaktian hidupnya dalam urusan gerejawi menanamkan suatu spirit yang tak tergantikan.
Bapak Aleks adalah Wakil Pengurus Stasi Ninma. Walaupun sudah menginjak usia yang ke 94 tahun, Ia tetap terlibat aktif dalam hidup menggereja terkhusus bertanggung jawab atas posisi yang diembannya hingga kepergiannya.
Selain jabatan sebagai Wakil Pengurus Stasi, Bapak Aleks juga menjabat sebagai Ketua Lingkungan Babira. Dedikasinya untuk membantu pelayanan Pastoral di Lingkungan luar biasa. Sungguh!!! pengorbanan tulus yang datang dari orang-orang sederhana dicatat oleh Tuhan dan dijadikan sebagai rahmat.
Bapak Aleks adalah Sosok yang setia, loyal, bersahaja, sederhana dan bertanggung jawab di dalam hidup dan tugas pelayanannya. Gedung Kapela Lingkungan Babira adalah salah satu buah jasa dan perannya di dalam lingkungan Babira. Bahkan sebelum meninggal, pada dua minggu yang lalu saya (Penulis) melayani misa di Lingkungan mereka dengan menggunakan perlengkapan misa (piala, sibori, dll), hasil usaha dari lingkungan mereka. Hari ini perlengkapan misa itu pun digunakan pada momen yang kedua yaitu misa requem bagi dirinya sendiri. Persembahan Ekaristi kepada Tuhan langsung diikuti Ekaristi bagi dirinya sendiri.
Saya sedih dan mengingat Bapak Alex Moruk: cara jalannya, suaranya, gaya bicaranya dan lain sebagainya. Ketika saya diminta untuk berkotbah pada misa requem, dalam hati saya mengatakan Bapak Alex dan kehidupannya: senyumnya, suaranya, kesetiaannya, kesederhanaannya, keaktifannya, ketulusannya sudah merupakan sebuah kotbah itu sendiri bagi saya dan bagi semua orang.
Fakta menunjukkan bahwa kebersamaan bersama Bapak Aleks dalam berbagai moment entah di Kapela, keluarga, masyarakat atau lingkungan yang lebih luas selalu baik-baik saja. Bapak Aleks menunjukkan kebenaran imannya ; apa yang ada dalam hati, ia tampakkan dalam hidupnya, terlepas dari segala kekurangannya sebagai manusia. Ada kesejajaran, simetri antara hati, pikiran dan perbuatan. Itulah kebenaran, itulah iman. Ia sungguh mewujudkan firman Tuhan: menyembah Tuhan di dalam Roh dan kebenaran. Apa yang dikatakan Santo Yakobus tentang iman tanpa perbuatan adalah mati, telah lama menyata dalam hidup Bapak Aleks.
Dalam dunia hukum, khususnya ada kasus kriminal, salah satu aspek yang diteliti atau diselidiki adalah motif kejahatan. Motif sebenarnya adalah seperangkat pola pikir, pola rasa, pola niat yang mendasari sebuah tindakan. Jadi secara secara sederhana, tindakan adalah perwujudan dari apa yang ada dalam hati atau pikiran. Dia membunuh karena dendam, iri atau lain sebagainya. Jadi ada hubungan antara apa yang ada di dalam hati, pikiran dan dengan tindakan. Tindakan adalah ungkapan hati atau pikiran, dan sebaliknya.
Yesus dalam bacaan Injil (Mat. 5:20-26) membuka wawasan dari para pendengar dan kita semua, di mana sesuatu disebut dosa bukan ketika sesuatu sudah menjadi tindakan tetapi ketika baru dalam pikiran atau niat saja itu sudah merupakan dosa. Karena dosa tidak muncul dengan sendirinya . Bukan karena membunuh maka itu dosa tetapi baru rencana untuk membunuh itu sudah dosa atau marah saja itu sudah dosa.
Arah dari pengajaran Yesus adalah agar orang melihat sumber dari sumber segala tindakan dan perbuatan yaitu hati dan budi kita. Bila itu bersih maka akan menghasilkan yang bersih dan positif. Bila sumber itu kotor, maka menghasilkan yang negatif. Kebenaran firman inilah yang dihidupi oleh Bapak Alex Moruk. Hatinya, budinya sungguh-sungguh bersih dan mengalirkan perkataan dan perbuatan yang positif: mencintai dan sungguh akrab dengan isterinya, setia, sederhana dan bersahaja.
Pada hari Minggu bila mereka tidak pergi ke Gereja Seon, mereka akan berdoa di Kapela entah berdua saja atau dengan umat yang lain. Bila ada kunjungan pelayanan, mereka berdua sudah mengumumkan kepada semua umat, tiba terlebih dahulu dan mempersiapkan segala sesuatu. Ia dan isterinya selalu bersama-sama kecuali kalau salah satunya sakit. Keduanya seperti baru pacaran di usia tua. Hehehe,,, Sungguh mengagumkan. Bukan saja cinta mati tetapi cinta sampai mati. Bukan saja salib itu cinta, tetapi cinta itu salib.
Dalam dunia olahraga, kita kenal mensano in corpore sano (di dalam tubuh yang sehat, ada jiwa yang sehat). Bagi orang galau ada ungkapan; di dalam tubuh yang sehat, ada yang jiwa hancur. Dalam dunia materi yang selalu mengalami perubahan, ada potensi dalam tubuh yang sakit, ada jiwa yang sehat. Atau bisa juga di dalam tubuh yang sakit, ada jiwa yang sakit.
Sesuai pengamatan pribadi terhadap hidup Bapak Alex, saya merefleksikan bahwa di dalam dirinya, ada tubuh yang sehat; jiwa yang sehat, mungkin di hari-hari tuanya dan saat-saat akhirnya; ada tubuh yang rapuh, jiwa yang kuat dan sehat. Inilah prinsip hidup orang beriman. Menjaga kekuatan jiwa, kekuatan hati, kekuatan budi walaupun fisik dalam berbagai perubahan. Ia menjaganya dengan iman yang teguh; Doa, Ekaristi, Sabda dan perbuatan kasih yang ia tunjukkan di dalam dedikasi pelayanannya.
Santa Elisabeth menyapa Bunda Maria; “berbahagialah ia yang telah percaya”. Bapak Alex Moruk adalah orang yang berbahagia, karena ia sungguh orang percaya dan beriman.
Dikisahkan pula bahwa seorang Kaisar Romawi sebelum meninggal ia memanggil para pengawal istananya dan berpesan. Ada tiga pesan: 1. Saat diarak di jalan, seluruh emas atau harta benda dihamburkan di jalan. 2. Biarkan yang mengusung jenazahnya adalah dokter terbaik yang ada di kerajaannya. 3. Saat diarak, tangannya harus dikeluarkan dalam peti. Para pengawalnya bingung dan bertanya kepadanya. Ia menjelaskan: di hadapan kematian, dokter terbaik pun tidak akan mampu menahannya, segala harta yang sudah dikumpulkan di dunia ini akan tetap tinggal di dunia dan tidak akan dibawa serta dengan tangan kosong seseorang datang ke dunia, maka ia pun pulang dengan tangan kosong.
Lalu apa yang tinggal? Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Nama yang tertulis di pusara? Tidak nama yang tertulis di dalam hati dan budi keluarga, orang-orang yang masih hidup. Nama yang terbentuk dan tertulis bukan lagi dari coretan tinta tetapi dari tertulis dari coretan kebaikan, cinta, kesetiaan, iman dari seseorang.
Bapak Alex Moruk sudah menulisnya di hati Mama Maria Moy, Keluarga dan setiap orang yang mengenalnya. Pengkhotbah ; 7:1″Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari hari kelahiran. Hari ini sukacita, karena Bapak Alex mendapat warisannya.
Bapak Alex Moruk di kenal dengan 5 M. Ia meninggalkan kenangan 5 M: Moruk, Metan, Mandeu, Mahan Aten, Matak. Artinya Moruk (namanya), Hitam (warna kulitnya), Mandeu (tempat asalnya), Makan Hati mentah. Ungkapan ini ia lontarkan untuk menunjukkan ketegasan dirinya ketika masih muda dan berprofesi sebagai guru. Ya…. ia dikenal sebagai yang tegas bahkan keras. Banyak kesaksian dari orang-orang yang pernah menjadi anak didiknya. Bahkan ia pernah dipenjara sebanyak dua kali karena kekerasan yang dilakukan terhadap muridnya. Ia pernah memukul muridnya hingga meninggal. Itulah sepenggal kisah masa lalunya. Orang baik memiliki masa lalu, orang orang berdosa memiliki masa depan.
Kita mengenal Santo Antonius Padua. Ia adalah seorang pengkotbah ulung. Banyak orang yang bertobat dan percaya kepada Kristus karena kotbah-kotbahnya. Ia juga bermurah hati dengan membantu orang-orang miskin. Ia berkhotbah dengan kedalaman iman dan perbuatannya. Ia mengatakan ; “marilah kita mohon rasa tobat mendalam dan mohon lidah api menyala, untuk menyatakan iman yang benar.
Kita tahu tentang Rasul Paulus. Ia awalnya adalah seorang pembunuh yang menganiaya orang kristen awal (Saulus). Ia ditobatkan dan menjadi pewarta besar, pengkotbah besar dalam kekristenan. Ia mengatakan : “bagiku hidup adalah Kristus dan mati ada keuntungan”.
Bapak Alex Moruk adalah pengkotbah kehidupan. Ia berkhotbah dengan hidupnya sendiri; kata, perbuatan dan kesaksian hidupnya. Ia berkhotbah hingga akhir hidupnya. Ia berkhotbah dengan pertobatannya. Ia berkhotbah dengan imannya yang teguh. Ia adalah wajah Santo Antonius Padua dan Santo Paulus dari Lingkungan Babira.
Selamat jalan sang pengkotbah kehidupan. Semoga kerahiman Tuhan, melayakkanmu di dalam hadirat-Nya.
Doakan kami selalu, supaya kami pun menjadikan seluruh diri dan kehidupan kami sebagai kotbah yang darinya kami dan semua orang semakin mengimani Tuhan Allah.
By. Pengagum Beringin Tua
Seon, 14 Juni 2024
Penulis : Rm. Jefri Ndun
Editor : Yudel Neno
Sumber Berita : Rm. Jefri Ndun